Koleksi Digital Acara Purnawiyata kelas IX 2015 Cover Lagu Rut Sahanaya Andai Kau datang kembali
Label:
koleksi digital
KUMPULAN JUDUL NOVEL DARI BERBAGAI ANGKATAN (20AN-2013)
I. JUDUL
NOVEL ANGKATAN 20-AN
Ciri-ciri karya
20-an (Angkatan Balai Pustaka)
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll.
2. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan
3. Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama
4. Puisinya berupa syair dan pantun
5. Isi karya sastranya bersifat didaktis
6. Alirannya bercorak romantik
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll.
2. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan
3. Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama
4. Puisinya berupa syair dan pantun
5. Isi karya sastranya bersifat didaktis
6. Alirannya bercorak romantik
NAMA PENULIS
|
JUDUL KARYA
|
ABDUL MUIS
|
1. Salah Asuhan(novel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972)
2. Pertemuan DJodoh (novel, 1933) 3. Surapati (novel, 1950) 4. Robert Anak Surapati(novel, 1953) |
MARAH RUSLI
|
1. Siti Nurbaya. Jakarta : Balai Pustaka. 1920 mendapat hadiah dari Pemerintah RI tahun 1969.
2. La Hami. Jakarta : Balai Pustaka. 1924. 3. Anak dan Kemenakan. Jakarta : Balai Pustaka. 1956. 4. Memang Jodoh (naskah roman dan otobiografis) 5. Tesna Zahera (naskah Roman) 6. Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922). |
TULIS SUTAN SATI
|
1. Tak Disangka (1923)
2. Sengsara Membawa Nikmat (1928) 3. Syair Rosina (1933) 4. Tjerita Si Umbut Muda (1935) 5. Tidak Membalas Guna 6. Memutuskan Pertalian (1978) 7. Sabai nan Aluih: cerita Minangkabau lama (1954) |
SUMAN HASIBUAN
|
1. “Pertjobaan Setia” (1940)
2.“ Mentjari Pentjuri Anak Perawan” (1957) 3. “Kasih Ta’ Terlarai” (1961) 4. Kawan Bergelut” (kumpulan cerpen) 5. “Tebusan Darah“ |
HAJI ABDUL MALIK KARIM
|
1.
Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
2.
Si Sabariah. (1928)
3.
Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar
Shiddiq),1929.
4.
Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5.
Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
6.
Kepentingan melakukan tabligh (1929).
7.
Hikmat Isra’ dan Mikraj.
8.
Arkanul Islam (1932) di Makassar.
9.
Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
10.
Majallah ‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar.
11.
Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
12.
Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
13.
Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman
Masyarakat,Balai Pustaka.
14.
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman
Masyarakat, Balai Pustaka.
15.
Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat,
Balai Pustaka.
16.
Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko
Buku Syarkawi.
17.
Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
18.
Tuan Direktur 1939.
19.
Dijemput mamaknya,1939.
20.
Keadilan Ilahy 1939.
21.
Tashawwuf Modern 1939.
22.
Falsafah Hidup 1939.
23.
Lembaga Hidup 1940.
24.
Lembaga Budi 1940.
25.
Majallah ‘SEMANGAT ISLAM’ (Zaman Jepun 1943).
26.
Majallah ‘MENARA’ (Terbit di Padang Panjang),
sesudah revolusi 1946.
27.
Negara Islam (1946).
28.
Islam dan Demokrasi,1946.
29.
Revolusi Pikiran,1946.
30.
Revolusi Agama,1946.
31.
Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
32.
Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
33.
Didalam Lembah cita-cita,1946.
34.
Sesudah naskah Renville,1947.
35.
Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
36.
Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang
Konperansi Meja Bundar.
37.
Ayahku,1950 di Jakarta.
38.
Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
39.
Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
40.
Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
41.
Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir
1908 sampai pd tahun 1950.
42.
Kenangan-kenangan hidup 2.
43.
Kenangan-kenangan hidup 3.
44.
Kenangan-kenangan hidup 4.
45.
Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938
diangsur sampai 1950.
46.
Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
47.
Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
48.
Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
49.
Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan
ke 2 tahun 1950.
50.
Pribadi,1950.
51.
Agama dan perempuan,1939.
52.
Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
53.
1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman
Masyarakat, dibukukan 1950).
54.
Pelajaran Agama Islam,1956.
55.
Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
56.
Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
57.
Empat bulan di Amerika Jilid 2.
58.
Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato
di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
59.
Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan
Majalah GEMA ISLAM.
60.
Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M.
Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
61.
Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
62.
Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
63.
Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
64.
Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
65.
Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan
Bintang.
66.
Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
67.
Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
68.
Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
69.
Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah
umum) di Universiti Keristan 1970.
70.
Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
71.
Himpunan Khutbah-khutbah.
72.
Urat Tunggang Pancasila.
73.
Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
74.
Sejarah Islam di Sumatera.
75.
Bohong di Dunia.
76.
Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres
Muhammadiyah di Padang).
77.
Pandangan Hidup Muslim,1960.
78.
Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
|
MERARI SIREGAR
|
|
NUR
SUTAN ISKANDAR
|
18.
Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas
II (Jakarta: JB Wolters, 1952)
19.
Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas
III (Jakarta: JB Wolters, 1952)
20.
Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo.
Jakarta: JB Wolters, 1946)
21.
Sesalam Kawin (t.t.)
|
ADI NEGORO
|
II.
JUDUL NOVEL KARYA ANGKATAN 30-AN
Ciri-ciri
Angkatan 30-an (Pujangga Baru)
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan orang-orang kota, soal emansipasi wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
NAMA PENULIS
|
JUDUL KARYA
|
|
SUTAN
TAKDIR ALISJAHBANA
|
||
HAMKA
|
||
ARJJIMIN
PANE
|
||
SANUSI
PANE
|
||
TENGKU
AMIR HAMZAH
|
||
KARIM
HALIM
|
1.
PALAWIJA (1944)
|
|
SAID
DAENG MUNTU
|
||
RUSTAM
EFENDI
|
||
SARIAMIN
ISMAIL
|
||
FATIMAH
HASAN DELAISE
|
1.
Kehilangan Mestika (1935)
|
|
J.E
TATENGKENG
|
||
ANAK
AGUNG PANJI TISNA
|
Secara
garis besar dapat dibuat kesimpulab bahwa :
Novel
Angkatan 20-30an
Ciri-cirinya:
a.
Tema berkisar masalah adat dan kawin paksa
b. Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan.
c. Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
d. Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur)
e. Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan)
f. Bahasa terkesan kaku dan statis
g. Bahasanya sangat santun
h. Para penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera
b. Isinya kebanyakan mengkritik keburukan adat lama dalam soal perkawinan.
c. Tokoh-tokohnya diceritakan sejak muda hingga meninggal dunia
d. Konflik yang dialami para tokoh kebanyakan disebabkan perselisihan dalam memilih nilai kehidupan (barat dan timur)
e. Pleonasme (menggunakan kata-kata yang berlebihan)
f. Bahasa terkesan kaku dan statis
g. Bahasanya sangat santun
h. Para penulisnya kebanyakan berasal dari Pulau Sumatera
III. JUDUL
NOVEL ANGKATAN 45-AN (PUJANGGA)
NAMA
PENULIS
|
JUDUL
KARYA
|
|
1.
Chairil Anwar
|
- Deru Campur Debu, kumpulan puisi,1943-1949
- Pulanglah Dia si Anak Hilang, terjemahan dari Andre Gide - Tiga Menguak Takdir, kumpulan puisi bersama Rivai Apin,Asrul Sani - Kena Gempur, terjemahan dari Steinbeck |
|
2.
Idrus
|
- Aki, novel diterbitkan BP 1948
- Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, kumpulan cerpen,1948 - Anak Buta, cerpen - Keluarga Surono, drama ,1948 |
|
4.
Akhdiat Kartamiharja
|
- Atheis, roman kejiwaan,1949,Bentrokan Dalam
Asrama, drama, Kesan dan Kenangan, kumpulan cerpen
|
|
5.
Rivai Marlaut.
|
- Dokter Haslinda, roman perjuangan, Kimono Hanyut,
roman, Korban Keroncong Rimba, roman dan Effedi di Laut Dansa, roman
|
|
6.
Saadah Alim
|
- Pembalasannya, roman bertendens, 1945, Angin Timur
Angin Barat,terjemahan Pearl S Buck ,Taman Penghibur Hati
|
|
7.
Usmar Ismail
|
- Puntung Berasap, kumpulan puisi, Mutiara dari Nusa
Laut, drama, Permintaan Terakhir, cerpen, Asokamala Dewi, cerita pendek,
Ayahku Pulang, sandiwara Saduran.
|
|
8.
Dr.Abu Hanifah (El-Hakim)
|
- Dokter Rimba, roman 1952,Kita Berjuang,1947,
Taufan di atas Asia, kumpulan sandiwara.
|
|
9.
Amal Hamzah,
|
- Sine Nomine,cerpen, Bingkai Retak,cerpen,
Teropong, cerpen
|
|
10.
Rivai Apin
|
- Pelarian, sajak, Jembatan Patah, sajak, Mual,
sajak, Chairil Anwar dengan Maut, esai
|
|
11.
Asrul Sani
|
- Sahabat Saya Cordiaz, cerpen, Bola Lampu, cerpen,
Deadlock pada Puisi Emosi Semata, essai
|
|
12.
Utuy Tatang Sontani.
|
- Suling, drama 1949,Bungah Rumah Makan,drama ,1948,
Tambera, roman sejarah, 1949, Orang-orang Sial, cerpen
|
|
13.
Rosihan Anwar
|
- Radio Masyarakat, cerpen, Raju Kecil, Bahak Laut
di Selat Malaka, roman sejarah, 1967.
|
|
14.
Pramudya Ananta Toer
|
- Keluarga Gerilya, roman, 1950, Perburuan, roman
,1950, Bukan Pasar Malam, novel,BP 1952. Midah Si Manis Bergigi Emas, roman
1955.Dia yang Menyesal, novel
|
|
15.
Moctar Lubis
|
- Tidak Ada Esok,roman ,1950, Jalan Tak Ada Ujung,
roman 1952, Kisah Dari Eropa, terjemahan,Tanah Gersang, novel 1954,
Perempuan, cerpen 1956.
|
|
16.
Zuber Usman
|
- Puteri Bunga Karang
- Tamasya dengan Perahu Bugis |
|
17.
Armizin Pane
|
IV. JUDUL
NOVEL KARYA ANGKATAN 50-AN
CIRI-CIRI
Angkatan 50-an ditandai dengan
terbitnya majalah sastra kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah
karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah
tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra
lainnya.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis
dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakyat (Lekra)
yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan diantara kalangan sastawan di Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan berhentinya perkembangan sastra karena masuk ke dalam politik
praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
STRUKTUR ESTETIK
Sesungguhnya secara instrinsik ciri-ciri sastra terutama struktur
estetiknya angkatan 45 dan angkatan 50 sukar dibedakan sebab gaya angkatan 45
dapat dikatakan diteruskan oleh angkatan 50. hanya saja, dengan adanya
pergantian situasi dan suasana tanah air dari perang ke perdamaian, dari masa
transisi penjajahan ke kemerdekaan, maka para sastrawan mulai memikirkan
masalah kemasyarakatan yang baru dalam suasana kemerdekaan. Begitu juga para
sastrawan mulai membuat orientasi baru dengan mencari bahan-bahan dari sastra
dan kebudayaan Indonesia sendiri. Semuanya itu dituangkan kedalam karya-karya
sastra mereka.
GAYA BAHASA
Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus
terus berjuang dan berbenah di awal-awal masa kemerdekaan. Disebut juga
Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra Indonesia sedang
mengalami maraknya cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya
Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja).
Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.
NAMA PENULIS
|
JUDUL KARYA
|
AJIP ROSITI
|
v Cari
muatan
v Di
tengah keluarga (1956)
v Pertemuan
kembali (1960)
v Tahun-tahun
kematian (1955)
v Pesta
v Perjalanan
pengantin
v Ketemu
di jalan
v Sebuah rumah buat hari tua
|
ALI AKBAR NAVIS
|
v Biang
lala: kumpulan cerita pendek (1963)
v Hujan panas (1963)
|
BOKOR HUTASUHU
|
v Datang
Malam (1963)
|
ENDAI RASIDIN
|
v Surat Cinta
|
N.H DINI
|
v Dua
Dunia (1950)
v Hati Yang Damai (1960)
|
NUGROHO NOTO SUSANTO
|
v Hujan
Kepagian (1958)
v Rasa
Sajange (1961)
v Tiga
kota (1956)
v Hujan tanahku hijau bajuku
|
SITOR SITUMORANG
|
v Dalam
sadjak (1950)
v Djalan
Mutiara kumpulan tiga sandiwara (1954)
v Pertempuran
dan saldju di Paris(1956)
v Surat
Kertas Hidjau : Kumpulan sadjak (1953)
v Wadjah
Tak Bernama: Kumpulan sadjak (1955)
v Jaman baru
|
SUBAGIO SASTRODOJO
|
v Simphoni
(1957)
v Kejantanan
di sumbing
v Perawan
tua
v Daerah
perbatasan
v Salju
|
TITIS BASINO
|
v Pelabuhan
hati (1978)
v Dia,
Hotel, Surat keputusan (1963)
v Lesbian
(1976)
v Bukan
Rumahku (1976)
v Di bumi aku bersua di langit aku bertemu (1983)
|
TRISNO JUWONO
|
v Angina
laut (1958)
v Di
medan perang(1962)
v Laki-laki dan mediu (1951)
|
W.S RENDRA
|
v Balada
orang-orang tercinta (1957)
v Empat
kumpulan sajak (1961)
v Ia
sudah bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnya (1963)
|
MOCTAR
LUBIS
|
v Tidak
ada hari esok
|
A.A
NAFIS
|
v Robohnya
surau kami
v Biangla
v Hujan
Panas
v Kemarau
|
BOKOR
HUTASUHUT
|
v Datang
tengah malam
|
TOTO
SUBAKTO BACHTIAR
|
v Suara
v Elsa
|
TRISNOJUWONO
|
v Laki-laki dan mesiu
v Pagar kawat berduri
v Di medan perang
|
MUHAMMAD
ALI
|
v Hitam di atas putih
v Kubur tak bertanda
v Persetujuan dengan iblis
v Siksa dan bayangan
|
IWAN
SIMATUPANG
|
v Bulan bujur sangkar
v Taman Drama
v RT Nol/RW Nol
v Lebih hitam dari hitam
v Ziarah kering merhnya merah
|
TITI
SAID
|
v Perjuangan dan hati perempuan
|
N.
SUSY AMINAH AZIS
|
v Seraut wajahku
v Tetesan embun
v Mutiaraku hilang
|
NASJAH
JAMIN
|
v Segelumit nyanyian sunda
v Hilanglah si anak hilang
v Di bawah kaki pak dirman
|
MONTINGGO
BUSJE
|
v Malam jahannam
v Malam ini tak ada cinta
v Malam penganten di bukit kera
v Sejuta matahari
|
BERBEDAAN
NOVEL
(
ANGKATAN 20 – AN DAN ANGKATAN 60 – AN )
• Dari segi tema angkatan 20 – an lebih menekankan pada kritikan terhadap pemerintahan orde lama yang gagal dalam mensejahterakan rakyat Indonesia dan gagalnya pemerintahan menciptakan stabilitas keamanan didalam negeri sehingga banyak daerah yang memberontak.
• Angkatan 60 – an lebih menekankan kritikan terhadap demokrasi yang tidak berjalan dan hegemoni birokrat dalam setiap bidang serta ketidakmampuan pemerintahan orde baru dalam menciptakan stabilisasi ekonomi.
• Dalam penggunaan bahasa pada angkatan 20 – an lebih sopan dan tidak menggunakan bahasa-bahasa yang bersifat sehari-hari (informal).
• Pada angkatan 60 – an penggunaan bahasa lebih bebas dan menggunakan bahasa yang informal.
• Dalam penciptaan karya sastra angkatan 20 – an lebih mudah dipahami karena masih memakai aturan-aturan yang ada dalam penciptaan karya sastra,
• Sedangkan dalam Penciptaan karya sastra angkatan 60 – an karya sastra yang dihasilkan seolah mendobrak tradisi yang ada dan cenderung lebih bersifat kontemporer.
V.
JUDUL NOVEL KARYA ANGKATAN 60-70AN
Sejarah Munculnya Angkatan ’60-70AN
Pada periode 60-an muncul adanya angkatan, yaitu angkatan ‘66. Lahirnya angkatan ‘66 ini didahului adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan ulah teror politik yang dilakukan PKI dan ormas-ormas yang bernaung dibawahnya. Angkatan ‘66 mempunyai cita-cita ingin adanya pemurnian pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide-ide yang terkandung di dalam Manifest Kebudayaan. Tumbuhnya angaktan ‘66 sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura.
Munculnya nama angkatan ‘66 telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam majalah Horison nomor 2 tahun 1966. Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ‘66 lahir setelah ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI. Penamaan angkatan ‘66 ini pun mengalami adu pendapat. Sebelum nama angkatan ‘66 diresmikan, ada yang memberi nama angkatan Manitest Kebudayaan (MANIKEBU). Alasan penamaan ini karena Manifest Kebudayaan yang telah dicetuskan pada tahun 1963 itu pernyataan tegas perumusan perlawanan terhadap penyelewengan Pancasila dan perusakan kebudayaan oleh Lekra/PKI. Beberapa sastrawan merasa keberatan dengan nama angkata manikebu. Mereka berpandangan bahwa sastrawan yang tidak ikut menandatangani atau mendukung Manifest Kebudayaan akan merasa tidak tercaku di dalamnya, meskipun hasil ciptaannya menunjukkan ketegasan dalam menolak ideologi yang dibawa oleh PKI dalam lapangan politik dan kebudayaan.
Istilah angkatan ‘66 yang dikemukakan oleh H.B. Jassin melalui antologinya mendapat beberapa tanggapan dari berbagai pihak pengarang, diantaranya adalah Ajib Rosidi. Ajib menganggap bahwa penamaan dan pengajuan tesis mengenai angkatan ‘66 itu kurang dapat dipertanggungjawabkan. H.B. Jasssin sendiri berpendapat bahwa angkatan ‘66 ini sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura. H.B. Jassin merumuskan bahwa sastra angkatan ‘66 adalah sastra yang diwarnai oleh protes dan perjuangan menegakkan keadilan berdasarkan kemanusiaan. Berdasarkan teori tersebut H.B. Jassin berpendapat bahwa tahun 1966 merupakan tahun lahirnya suatu generasi dan konsep baru dalam sastra yang kemudian disebutnya dengan nama angkatan ‘66.
Ajib Rosidi melihat bahwa teori Jassin tidak konsisten, terutama dalam menunjukkan sastrawan-sastrawan yang dianggap mewakili angkatan ‘66. A.A. Navis contohnya ia disebutkan sebagai pengarang angkatan ‘66, namun sastrawan ini muncul sejak tahun 1950-an. Hal ini sebagai dasar Ajib Rosidi dalam menanggapi pendapat H.B. Jassin. Ia tidak melihat teori Jassin ini dapat diterapkan untuk menyebut lahirnya angkatan ‘66. Masyarakat sastra pada umumnya sudah terlanjur menerima pernyataan H.B. Jassin sehingga dalam ilmu sastra pun terdapat penamaan angkatan ‘66.
Pada saat menjelang tahun 1970-an sastra perotes sudah tidak bergema lagi seperti awal tahun 1960-1966. Sastra protes tersebut tercermin pada kumpulan sajak Taufik Ismail, yaitu: Tirani dan Benteng. Awal tahun 70-an mulai berkembang sastra populer dan bermunculan majalah hiburan, majalah wanita, majalah profesi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gema angkatan ‘66 tidak dimulai pada tahun 1966 tetapi pada tahun 1966 justru angkatan ‘66 mulai berakhir.
Uraian di atas telah jelas dijelaskan bahwa keadaan sastra dipengaruhi oleh situasi pada saat itu. Meskipun keadaan sosial budaya dan politik tidak stabil, namun sastra angkatan ‘66 ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat terutama pada genre prosa.
Pada periode 60-an muncul adanya angkatan, yaitu angkatan ‘66. Lahirnya angkatan ‘66 ini didahului adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan ulah teror politik yang dilakukan PKI dan ormas-ormas yang bernaung dibawahnya. Angkatan ‘66 mempunyai cita-cita ingin adanya pemurnian pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide-ide yang terkandung di dalam Manifest Kebudayaan. Tumbuhnya angaktan ‘66 sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura.
Munculnya nama angkatan ‘66 telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam majalah Horison nomor 2 tahun 1966. Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ‘66 lahir setelah ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI. Penamaan angkatan ‘66 ini pun mengalami adu pendapat. Sebelum nama angkatan ‘66 diresmikan, ada yang memberi nama angkatan Manitest Kebudayaan (MANIKEBU). Alasan penamaan ini karena Manifest Kebudayaan yang telah dicetuskan pada tahun 1963 itu pernyataan tegas perumusan perlawanan terhadap penyelewengan Pancasila dan perusakan kebudayaan oleh Lekra/PKI. Beberapa sastrawan merasa keberatan dengan nama angkata manikebu. Mereka berpandangan bahwa sastrawan yang tidak ikut menandatangani atau mendukung Manifest Kebudayaan akan merasa tidak tercaku di dalamnya, meskipun hasil ciptaannya menunjukkan ketegasan dalam menolak ideologi yang dibawa oleh PKI dalam lapangan politik dan kebudayaan.
Istilah angkatan ‘66 yang dikemukakan oleh H.B. Jassin melalui antologinya mendapat beberapa tanggapan dari berbagai pihak pengarang, diantaranya adalah Ajib Rosidi. Ajib menganggap bahwa penamaan dan pengajuan tesis mengenai angkatan ‘66 itu kurang dapat dipertanggungjawabkan. H.B. Jasssin sendiri berpendapat bahwa angkatan ‘66 ini sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik di awal angkatan ‘66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura. H.B. Jassin merumuskan bahwa sastra angkatan ‘66 adalah sastra yang diwarnai oleh protes dan perjuangan menegakkan keadilan berdasarkan kemanusiaan. Berdasarkan teori tersebut H.B. Jassin berpendapat bahwa tahun 1966 merupakan tahun lahirnya suatu generasi dan konsep baru dalam sastra yang kemudian disebutnya dengan nama angkatan ‘66.
Ajib Rosidi melihat bahwa teori Jassin tidak konsisten, terutama dalam menunjukkan sastrawan-sastrawan yang dianggap mewakili angkatan ‘66. A.A. Navis contohnya ia disebutkan sebagai pengarang angkatan ‘66, namun sastrawan ini muncul sejak tahun 1950-an. Hal ini sebagai dasar Ajib Rosidi dalam menanggapi pendapat H.B. Jassin. Ia tidak melihat teori Jassin ini dapat diterapkan untuk menyebut lahirnya angkatan ‘66. Masyarakat sastra pada umumnya sudah terlanjur menerima pernyataan H.B. Jassin sehingga dalam ilmu sastra pun terdapat penamaan angkatan ‘66.
Pada saat menjelang tahun 1970-an sastra perotes sudah tidak bergema lagi seperti awal tahun 1960-1966. Sastra protes tersebut tercermin pada kumpulan sajak Taufik Ismail, yaitu: Tirani dan Benteng. Awal tahun 70-an mulai berkembang sastra populer dan bermunculan majalah hiburan, majalah wanita, majalah profesi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gema angkatan ‘66 tidak dimulai pada tahun 1966 tetapi pada tahun 1966 justru angkatan ‘66 mulai berakhir.
Uraian di atas telah jelas dijelaskan bahwa keadaan sastra dipengaruhi oleh situasi pada saat itu. Meskipun keadaan sosial budaya dan politik tidak stabil, namun sastra angkatan ‘66 ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat terutama pada genre prosa.
NAMA
PENULIS
|
JUDUL
KARYA
|
TAUFIK
ISMAIL
|
v a.
Tirani (kumpulan sajak, 1966)
v b.
Benteng (kumpulan sajak, 1966)
v c.
Buku Tamu Museum Perjuangan (kumpulan sajak, 1969)
|
MANSUR
SAMIN
|
v a.
Perlawanan (kumpulan sajak, 1966)
v b.
Kebinasaan Negeri Senja (drama, 1968)
v c.
Tanah Air (kumpulan sajak, 1985)
|
ARIFIN
C.NOER
|
v a.
Lampu Neon (drama, 1960)
v b.
Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi (kumpulan sajak, 1967)
v c.
Kapai-kapai (drama, 1970)
|
BUS
RASIANTO
|
v Mereka
telah Bangkit
Sang Ayah (novel, 1969)
v Manusia
Tanah Air (novel, 1969)
|
SATYAGRAHA
HOERIP
|
v a.
Rahasia Kehidupan Manusia (roman, terjemahan dari Leo Tolstay, 1964)
v b.Ontologi
Persoalan-persoalan Sastra (1969)
|
SAPARDI
DJOKO DARMONO
|
v a.
Dukamu Abadi (kumpulan sajak, 1969)
v b.
Matahari Pagi di Tanah Air (puisi)
v c.
Doa di Tengah-tengah Masa (puisi)
v d.
Sajak Orang Gila
|
SLAMET
KIRMANTO
|
v a.
Jaket Kuning (kumpulan sajak, 1967)
v b.
Kidung Putih (kumpulan sajak, 1967)
|
H.B
JASSIN
|
v a.
Angkatan ‘66, Prosa dan Puisi (1968)
|
BASTARI
ASNIN
|
v a.
Di Tengah Padang (kumpulan cerpen)
v b.
Laki-laki Berkuda (kumpulan cerpen)
|
ISMA
SAWITRI
|
v a.
Terima Kasih
v b.
Tiga Serangkai
v c.
Pantai Utara
|
ETIS
BASIMO
|
v a.
Rumah Dara
v b.
Laki-laki dan Cinta
|
ENNY
SUMARGO
|
v a.
Sekeping Hati Perempuan (novel)
|
PUTU
WIJAYA
|
|
WISRAN
HADI
|
|
ISMAIL
MARAHIDIN
|
|
NASJAH
DJAMIN
|
|
DANARTO
|
|
UMAR
KAYAM
|
|
GOENAWAN
MOHAMMAD
|
|
LEON
AGUSTA
|
|
CHAIRUL
HARUN
|
v Warisan
|
M.
BALFAS
|
|
WILDAN
YATIM
|
v Pergolakan
|
VI. JUDUL
NOVEL KARYA ANGKATAN 1980-1990AN
NAMA
PENULIS
|
JUDUL
KARYA
|
VII.
JUDUL NOVEL KARYA ANGKATAN 2000-2013AN
NAMA
PENULIS
|
JUDUL
KARYA
|
RAUDAL
TANJUNG BANUA
|
|
HERLINATIES
|
|
HABIBURRAHMAN
EL SHIRAZY
|
|
DEWI
LESTARI
|
|
AYU
UTAMI
|
|
ANDREA
HIRATA
|
|
AHMAD
FUADI
|
|
EMMA AINUN NAJIB
|
·
Sesobek Buku Harian Indonesia
·
Lautan Jilbab
|
SENO GUMIRA
|
·
Iblis Tidak Pernah Mati
|
AYU UTAMI
|
·
Saman
·
Larung
·
BILANGAN FU
|
JENAR
MAHESA
|
·
Mereka Bilang Saya Monyet
|
N.RIANTIARNO
|
·
Opera Kecoa
·
Republik Bagon
|
YANUS
NUGRAHA
|
·
Segulung Cerita Tua
|
AFRIZAL
MALNA
|
·
Abad yang Berlari
|
AHMADUN
|
·
Sembahyang Rumputan
|
ZAWAWI
IMRON
|
·
Bantalku Ombak, Selimutku Angin
|
KH
MUSTOFA BISRI
|
·
Ohoi Puisi-puisi Balsem
·
Gandrung
|
DEE
|
·
Perahu Kertas
·
Supernova
·
Akar
·
Madre
·
Partikel
|
DONNY
DIRGANTORO
|
· 5CM
|
ILLANA
TAN
|
· SPIRING
IN LONDON
· AUTUM
IN PARIS
· WINTER
IN TOKYO
· SUMMER
IN SEOUL
· SUNSHINE
BECOME YOU
|
TERE
LIYE
|
· NEGERI
PARA BEDEBAH
· DAUN
YANG JATUH YANG TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN
· HAFALAN
SHOLAT DELISA
· REMBULAN
TENGGELAM DI WAJAHMU
· BIDADARI-BIDADARI
SURGA
· SUNSET
BERSAMA ROSIE
|
RADITYA
DIKA
|
· KAMBING
JANTAN
· MANUSIA
SETENGAH SALMON
· CINTA
BRONTOSAURUS
· MARMUT
MERAH JAMBU
· BUKAN
BINATANG BIASA
|
FIRA
BASUKI
|
· ATAP
· JENDELA
– JENDELA
· BIRU
· PANGGIL
AKU B
|
ADITHYA
MULIYA
|
· BARCELONA
· SEBUAH
KOMEDI CINTA
|
JAUMIL
AURORA
|
· 12
MENIT
|
Sumber artikel dari : http://nanichairanilestarilubis.blogspot.co.id/2013/11/kumpulan-judul-novel-dari-aangkatan.html
Label:
Pengetahuan Umum